Stunting (Gangguan Pertumbuhan Linier)

star
Narasumber : Arie Nugroho, S.Gz, M.Gizi (Dosen Gizi Masyarakat di Poltekkes Tanjungkarang)

Anak stunting adalah anak yang memiliki tinggi badan lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Tinggi badan anak stunting kurang dari -2SD berdasarkan indeks TB/U menurut standar WHO 2005. Stunting mengindikasikan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko mordibitas, kemampuan kognitif perkembangan motorik yang rendah, serta mengurangi kapasitas fisik.

Anak yang pendek berkaitan erat dengan kondisi yang terjadi dalam waktu yang lama seperti kemiskinan, perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik dan rendahnya tingkat pendidikan. Masalah balita pendek merupakan cerminan dari keadaan sosial ekonomi masyarakat, karena masalah gizi pendek diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, maka ciri masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita pendek adalah masalah gizi yang sifatnya kronis.

Faktor Penyebab Stunting dan Akibatnya

Stunting dipengaruhi oleh kekurangan asupan zat gizi makro dan  mikro dalam jangka waktu yang lama, selain itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial ekonomi dan interauterine growth retardation (IUGR). Pertumbuhan perkembangan selalu berjalan berdampingan, bila terjadi gangguan pertumbuhan pada anak maka akan mempengaruhi sistem saraf yang pada akhirnya menyebabkan keterlambatan pada perkembangannya.
Stunting menyebabkan terhambatnya perkembangan motorik kasar maupun halus, karena pada anak stunting terjadi keterlambatan kematangan sel-sel saraf terutama di bagian cerebellum yang merupakan pusat koordinasi gerak motorik. Penurunan fungsi motorik anak stunting tanpa kelainan bawaan berkaitan dengan rendahnya kemampuan mekanik dari otot tricep surae sehingga melambatnya kematangan fungsi otot tersebut menyebabkan kemampuan motorik anak stunting terhambat.

Perkembangan motorik dipangaruhi perkembangan otak yang dimulai saat anak masih di dalam kandungan dan dua tahun pertama kehidupan. Intervensi berupa pemberia micronutrient dapat dilakukan pada saat persiapan kehamilan, pada saat kehamilan dan pada bayi usia dibawah dua tahun.

Proses tumbuh kembang otak sangat kompleks dan melalui beberapa tahapan, yaitu penambahan sel-sel saraf (poliferasi), perpindahan sel saraf (migrasi), perubahan sel saraf (diferensiasi), pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (sinaps) dan pembentukan selubung syaraf (melinasi). Asupan energi, protein, besi, seng, tembaga, LC-PUFAs dan kolin yang adekuat membantu perkembangan otak secara optimal selain faktor genetik dan lingkungan.

Besi berperan dalam sintesis monoamine, metabolisme energi di neuron dan sel glia, serta mielinisasi. Defisiensi besi berhubungan dengan penurunan aktifitas pada anak, karena defisiensi besi pada anak menyebabkan keletihan, keragu-raguan, ketakutan dan kelelahan. Menurut penelitian yang pernah dilakukan di Purworejo dengan pemberian suplementasi besi dosis 10 mg setiap hari selama 6 bulan mampu meningkatkan skor rata-rata perkembangan motorik anak.


Kaitan seng dengan perkembangan motorik anak adalah seng berperan dalam sintesis DNA dalam jaringan otak, pertumbuhan otak, konsentrasi RNA, protein otak dan pelepasa neurotransmitter. Defisiensi seng kronis mengganggu fungsi optimal pusat sistem saraf dan otak. Seng diperlukan untuk metabolisme monoamine oksidase, yang berperan dalam fungsi neurotransmitter.



Stunting (Gangguan Pertumbuhan Linier)


star

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan Baik dan Sopan :)