Pada anak-anak usia sekolah (6-12 tahun) laju dan kecepatan pertumbuhan relatif tetap, akan tetapi mengalami perkembangan yang luar biasa secara kognitif, emosional dan sosial. Kehidupan anak pada periode ini merupakan persiapan bagi kebutuhan-kebutuhan fisik dan emosional yang timbul akibat dorongan pertumbuhan remaja (adolescent).
Masalah gizi pada anak usia sekolah telah bergerak dari masalah gizi kurang ke masalah kelebihan zat gizi seperti energi, lemak, dan garam, sekalipun memang masih ditemukan kasus penyakit karena gizi kurang. Sepanjang masa kanak-kanak beberapa anak masih mengalami masalah seperti anemia karena defisiensi zat besi dan karies pada gigi, terutama pada anak-anak yang sering mengonsumsi makanan tinggi gula.
Anemia
Anemia merupakan kekurangan zat besi yang umum terjadi pada awal masa kanak-kanak. Anemia zat gizi besi kebanyakan terjadi ketika :
a. Pemberian susu sapi dalam jumlah besar, hal ini membuat anak tidak mengonsumsi makanan lain karena kenyang. Susu sapi memiliki memiliki kandungan zat besi yang rendah dan juga menghambat penyerapan zat besi. Sebaiknya diberikan makanan dari daging yang tinggi akan zat besi seperti daging sapi dan daging kambing.
b. Anak-anak menderita serangan penyakit saluran pencernaan yang dapat mengganggu terjadinya proses penyerapan zat besi dalam tubuh
c. Anak-anak diberikan diet vegetarian, yang tinggi serat dan zat besi yang tidak siap diserap. Bahan makanan sumber zat besi yang terbaik adalah dari daging.
Standar Hemoglobin dan Hematokrit Dalam Darah Pada Anak-anak
Range Usia | Hemoglobin (Hb) | Hematokrit (Ht) |
5-8 tahun | Minimal 11,5 g/dl | >34,5% |
8-12 tahun | Minimal 11,9 g/dl | >35,4% |
Karies Gigi
Hampir 1 di antara 2 anak berusia antara 6-8 tahun mengalami kerusakan pada gigi tetap atau gigi primernya. Semakin banyak anak terpapar oleh karbohidrat akan berrisiko terjadinya karies atau kerusakan gigi. Makanan campuran karbohidrat yang terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran dan beras merupakan pilihan yang lebih baik bagi kesehatan gigi dan mulut bila dibandingkan dengan gula murni, seperti minuman ringan (soft drink) dan permen.
Makanan sticky yang berisi karbohidrat sederhana seperti kismis dan permen karet, merupakan penyebab karies yang kuat. Lemak dan protein dapat merupakan pelindung terhadap lapisan enamel. Karenanya memilih makanan ringan yang merupakan kombinasi antara karbohidrat, protein dan lemak dapat menurunkan risiko pembentukan karies gigi. Kumur setelah makan atau gosok gigi secara teratur juga menurunkan kemungkinan terjadinya lubang atau karies gigi. Merupakan suatu hal yang penting bagi anak usia sekolah untuk tetap memiliki sumber fluoride, apakah melalui air minum atau suplemen.
Gizi Kurang
Salah satu indikator untuk status gizi kurang, diantaranya adalah TB yang tidak sesuai dengan usia pertumbuhan dan perkembangan. TB anak cenderung pendek dan sangat pendek, mendekati kekerdilan. Jumlah prevalensi idi Indonesia, anak yang dengan TB pendek 13% dan sangat pendek 8,9% dari total keseluruhan jumlah anak usia sekolah (6-12 tahun).
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
Kukurangan Iodium berkaitan erat dengan hal kehilangan point IQ atau tingkat kecerdasan anak. Pilihlah atau gunakanlah garam yang terdapat kandungan iodium nya sehingga dapat mencegah kehilangan IQ pada anak. Proses memasak yang sangat lama pada penggunaan garam iodium akan menghilangkan kandungan iodium pada garam dan proses penyimpanan yang terbuka akan membuat iodium dapat menguap karena bercampur dengan udara.
Kegemukan atau Obesitas
Prevalensi kegemukan pada anak usia sekolah di Indonesia menurut depkes sudah mencapai sekita 10% pada tahun 2005. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya diabetes militis pada anak remaja. Jika tidak ada pencegahan maka akan menjadi masalah kesehatan lainnya pada saat dewasa seperti jantung koroner, hipertensi dll
Waspadai makanan yang diberikan kepada anak, jangan terlalu berlebihan. Kurangi bahan makanan yang bersifat manis seperti gula, roti manis, dll. Karena hal tersebut akan menimbulkan efek yang signifikan pada berat badan anak. Gunakanlah Pedoman Gizi Seimbang sehingga asupan anak lebih terkontrol.
Referensi : Badriah D L. 2011. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. PT Refika Aditama. Bandung.
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan Baik dan Sopan :)